Sabtu, 07 Juli 2012

Zoologi Amfibi


AMPHIBI

LAPORAN PRAKTIKUM
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas setelah melakukan praktikum pada Mata Kuliah Zoologi Vertebrata



Oleh
Kelompok 4 Kelas 3B
Anggota :
Nike Ayu Wandira
(092154049)

Aufa Kholqillah
(092154052)

Wina Purnamasari D.
(092154060)

Rendi Siswanto
(092154065)

Nina Ratnaningsih
(092154067)

Antony Edgar
(092154072)

Widaningsih Sonjaya
(092154075)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2012
A.  Judul                                 
Amfibi

B.  Tujuan                               :
1.    Mengamati morfologi beberapa spesies Amfibi;
2.    Mengamati struktur kulit dari masing-masing spesimen;
3.    Mengamati struktur kaki pada masing-masing spesimen;
4.    Membandingkan struktur tubuh pada katak dan kodok

C.  Landasan Teoretis
Amfibia atau amfibi (Amphibia), umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di dua habitat yakni di air dan di daratan. Amfibia bertelur di air, atau menyimpan telurnya di tempat yang lembap dan basah. Ketika menetas, larvanya yang dinamai berudu hidup di air atau tempat basah tersebut dan bernapas dengan insang. Setelah beberapa lama, berudu kemudian berubah bentuk (bermetamorfosa) menjadi hewan dewasa, yang umumnya hidup di daratan atau di tempat-tempat yang lebih kering dan bernapas dengan paru-paru.
Amfibia mempunyai ciri-ciri:
1.    tubuh diselubungi kulit yang berlendir
2.    merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm)
3.    mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik
4.    mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang
5.    matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam
6.    pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan hidungnya mempunyai katup yang mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam
7.    berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan di luar tubuh induknya (pembuahan eksternal).
Contoh amfibia yang terdapat di Indonesia adalah bangsa sesilia (Caecilia), serta bangsa kodok dan katak (Anura). Sesilia adalah semacam amfibia tidak berkaki yang badannya serupa cacing besar atau belut. Satu lagi bangsa amfibia, yang tidak terdapat secara alami di Indonesia, adalah salamander. Amfibia dari daerah bermusim empat ini bertubuh serupa kadal, namun berkulit licin tanpa sisik.
Anggota amphibia terdiri dari 4 ordo yaitu Urodela (Salamander), Apoda (Caecilia), dan Anura ( katak dan kodok), Proanura (telah punah). Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut:
Kingdom                : Animalia
Phylum                   : Chordata
Sub Phylum            : Vertebrata
Super Class             : Tetrapoda
Class                       : Amphibia
Ordo                       : a. Caecilia Gymnophiona
- Familia Ichthyopidae , Familia Caecilidae, Familia Rhinatrematidae, Familia Scoleocomorphidae, Familia Uracotyphlidae, Familia Typhlonectida.
b. Urodela
                                                     Subordo : Cryptobranchoidea
- Familia Cryptobranchidae, Familia Hynobiidae
Subordo : Salamandroidea
- Familia Salamandridae, Familia Proteidae, Familia Ambystomatidae, Familia Amphiumidae, Familia Dicamtodontidae, Familia Plethodontidae
Subordo : Meantes
- Familia Sirenidae

c. Anura
 Subordo : Archaeobatrachia
- Familia Discoglossidae , Familia Ascaphidae, Familia Leiopelmatidae
 Subordo : Mesobatrachia
- Familia Pipidae, Familia Rhinophrynidae, Familia Pelobatidae, Familia Pelodytidae
 Subordo : Neobatrachia
- Familia Bufonidae, Familia Microhylidae, Familia Ranidae, Familia Pelobatidae (Megophrydae) , Familia Rhacophoridae, Familia Dendrobatidae, Familia Hylidae, Familia Pelodryadidae, Familia Myobatrachidae, Familia Sooglossidae, Familia Psedidae
d. Proanura ( telah punah )
Adapun penjelasan dari tiap Ordo adalah sebagai berikut.
1. Ordo Caecilia ( Gymnophiona)
Ordo ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor. Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi pada Caecilia terjadi secara internal. ( Webb et.al, 1981)
Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae. Famili Caecilidae mempunyai 3 subfamili yaitu Dermophinae, Caecilinae dan Typhlonectinae.
Famili yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini mempunyai ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang. Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air sebelum metamorphosis. Anggota famili ini yang ditemukan di indonesia adalah Ichtyophis sp., yaitu di propinsi DIY.
2. Ordo Urodela
Urodela disebut juga caudata. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa.
Urodella mempunyai 3 sub ordo yaitu Sirenidea, Cryptobranchoidea dan Salamandroidea. Sub ordo Sirenidae hanya memiliki 1 famili yaitu Sirenidae, sedangkan sub ordo Cryptobranchoidea memiliki 2 famili yaitu Cryptobranchidae dan Hynobiidae. Sub ordo Salamandroidea memiliki 7 famili yaitu Amphiumidae, Plethodontidae, Rhyacotritoniade, Proteidae, Ambystomatidae, Dicamptodontidae dan Salamandridae. ( Pough et. al., 1998)

3. Ordo Proanura
Anggota-anggota ordo ini tidak dapat diketemukan atau dapat dikatakan telah punah. Anggota-anggota ordo ini hidupnya di habitat akuatik sebagai larva dan hanya sedikit saja yang menunjukkan perkembangan ke arah dewasa. Ciri-ciri umumnya adalah mata kecil, tungkai depan kecil, tanpa tungkai belakang, kedua rahang dilapisi bahan tanduk, mempunyai 3 pasang insang luar dan paru-paru mengalami sedikit perkembangan. Amphibi ini tidak menunjukkan adanya dua bentuk dalam daur hidupnya.
4. Ordo Anura
Nama anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya, anggota ordo ini mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada beberapa famili terdapat selaput diantara jari-jarinya. Membrana tympanum terletak di permukaan kulit dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal.
Ordo Anura dibagi menjadi 27 famili, yaitu: Ascaphidae, Leiopelmatidae, Bombinatoridae, Discoglossidae, Pipidae, Rhinophrynidae, Megophryidae, Pelodytidae, Pelobatidae, Allophrynidae, Bufonidae, Branchycephalidae, Centrolenidae, Heleophrynidae, Hylidae, Leptodactylidae, Myobatrachidae, Pseudidae, Rhinodermatidae, Sooglossidae, Arthroleptidae, Dendrobatidae, Hemisotidae, Hyperoliidae, Microhylidae, Ranidae, Rachoporidae.
Ada 5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae, Ranidae, Microhylidae dan Rachoporidae. Adapun penjelasan mengenai kelima famili tersebut adalah sebagai berikut:

a. Bufonidae
Famili ini sering disebut kodok sejati. Ciri-siri umumnya yaitu kulit kasar dan berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan terdapat pematang di kepala. Mempunyai tipe gelang bahu arciferal. Sacral diapophisis melebar. Bufo mempunyai mulut yang lebar akan tetapi tidak memiliki gigi. Tungkai belakang lebih panjang dari pada tungkai depan dan jari-jari tidak mempunyai selaput. Fertilisasi berlangsung secara eksternal. Famili ini terdiri dari 18 genera dan kurang lebih 300 spesies. Beberapa contoh famili Bufo yang ada di Indonesia antara lain: Bufo asper, Bufo biporcatus, Bufo melanosticus dan Leptophryne borbonica.
b. Megophryidae
Ciri khas yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk di atas matanya, yang merupakan modifikasi dari kelopak matanya. Pada umumnya famili ini berukuran tubuh kecil. Tungkai relatif pendek sehingga pergerakannya lambat dan kurang lincah. Gelang bahu bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran tinggi. Pada fase berudu terdapat alat mulut seperti mangkuk untuk mencari makan di permukaan air. Adapun contoh spesies anggota famili ini adalah Megophrys montana dan Leptobranchium hasselti.
c. Ranidae
Famili ini sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya relatif ramping. Tungkai relatif panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk membantu berenang. Kulitnya halus, licin dan ada beberapa yang berbintil. Gelang bahu bertipe firmisternal. Pada kepala tidak ada pematang seperti pada Bufo. Mulutnya lebar dan terdapat gigi seperti parut di bagian maxillanya. Sacral diapophysis gilig. Fertilisasi secara eksternal dan bersifat ovipar. Famili ini terdiri dari 36 genus. Adapun contoh spesiesnya adalah: Rana chalconota, Rana hosii, Rana erythraea, Rana nicobariensis, Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis, Limnonectes kuhli, Occidozyga sumatrana.
d. Microhylidae
Famili ini anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif panjang dibandingkan dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan mandibulanya, tapi beberapa genus tidak mempunyai gigi. Karena anggota famili ini diurnal, maka pupilnya memanjang secara horizontal. Gelang bahunya firmisternal. Contoh spesiesnya adalah: Microhyla achatina.
e. Rachoporidae
Famili ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai kulit yang kasar, tapi kebanyakan halus juga berbintil. Tipe gelang bahu firmisternal. Pada maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat pula gigi palatum. Sacral diapophysis gilig. Berkembang biak dengan ovipar dan fertilisasi secara eksternal.
Amphibi muncul pada pertengahan periode Jura, pra era Paleozoik sebagai vertebrata yang tertua. Kebanyakan Amfibi adalah hewan tropis, karena sifatnya yang poikiloterm atau berdarah dingin. Amphibi memerlukan sinar matahari untuk mendapatkan panas ke tubuhnya, karena tidak bisa memproduksi panas sendiri. Oleh karena itu banyak amphibi yang ditemukan di wilatah tropis dan sub tropis, termasuk di seluruh indonesia.
Amphibi umumnya merupakan makhluk semi akuatik, yang hidup di darat pada daerah yang terdapat air tawar yang tenang dan dangkal. Tetapi ada juga amphibi yang hidup di pohon sejak lahir sampai mati, dan ada juga yang hidup di air sepanjang hidupnya. Amphibi banyak ditemukan di areal sawah, daerah sekitar sungai, rawa, kolam, bahkan di lingkungan perumahan pun bisa ditemukan.
Reproduksi pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada anura pada umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Proses perkawinan secara eksternal dilakukan di dalam perairan yang tenang dan dangkal. Di musim kawin, pada anura ditemukan fenomena unik yang disebut dengan amplexus, yaitu katak jantan yang berukuran lebih kecil menempel di punggung betina dan mendekap erat tubuh betina yang lebih besar. Perilaku tersebut bermaksud untuk menekan tubuh betina agar mengeluarkan sel telurnya sehingga bisa dibuahi jantannya. Amplexus bisa terjadi antara satu betina dengan 2 sampai 4 pejantan di bagian dorsalnya dan sering terjadi persaingan antar pejantan pada musim kawin. Siapa yang paling lama bertahan dengan amplexusnya, dia yang mendapatkan betinanya. Amphibi berkembang biak secara ovipar, yaitu dengan bertelur, namun ada juga beberapa famili amphibi yang vivipar, yaitu beberapa anggota ordo apoda.

D.  Alat dan Bahan
1.    Alat
a.    Baki
b.    Alat bius
c.    Kamera digital
2.    Bahan
a.    Rana cancivora (katak sawah)
b.    Bufo melanostictus (kodok)
c.    Occidozyca lima (bancet)
d.   Fejervarya cancrivora (swike)

E.  Cara Kerja
Cara Kerja 1 :
1.    Mengamati morfologi masing-masing specimen dengan ketentuan sebagai berikut :
a.         Mulut
b.        Mata
c.         Lubng hidung/nostril
d.        Membrane tymphani
e.         Kaki depan
f.         Jari kaki
g.        Perut
h.        Selaput jari kaki
i.          Kaki belakang
j.          Pergelangan kaki
k.        Paha
l.          Kloaka
m.      Kulit
n.        Gigi
2.      Menggambar bagian-bagian tubuhnya dan member keterangan pada masing-masing organ sesuai dengan keterangan diatas.

Cara kerja 2
1.   Mengamati struktur kulit pada masing-masing specimen dari aspek halus/kasar dan lembab/kering.
2.   Menggunakan kamera digital untuk mengambil gambar mengenai kulit masing-masing specimen.

            Cara kerja 3
1.   Mengamati struktur kaki pada masing-masing specimen, dengan melihat selaput renang, panjang kaki, dan bantalan telapak kakinya.
2.   Menggunakan kamera digital untuk mengambil gambar mengenai kulit masing-masing specimen.
3.   Membandingkan dengan specimen lainnya (perbandingan apendiksnya)

            Cara kerja 4
    Membuat table perbandingan antara kodok dan katak dari berbagai aspek.

F.  Pembahasan
Dari hasil pengamatan dapat dibahas dari masing-masing spesies spesimen sebagai berikut.
1.    Rana cancrivora (Katak Sawah)
Dari hasil pengukuran, kaki katak sawah dapat dikatakan panjang, dengan panjang kaki depan 1,7 cm dan kaki belakang 5 cm dengan selaput renang di sela-sela jari kaki belakang juga terdapat bantalan kaki di setiap kakinya. Kaki yang panjang tersebut dapat membuat lompatan katak sawah jauh dan selaput renang yang dimilikinya ini membuatnya mudah untuk berenang cepat. Sehingga habitatnya kebanyakan di daerah perairan sawah.
Mulutnya berbentuk melancip dan terdapat gigi dirahang atasnya. Kulit dari katak ini licin dan berlendir karena terdapat mukus-mukus yang berperan dalam proses respirasi dan proteksi.
Katak sawah ini juga memiliki bentuk tubuh yang meramping. Adapun klasifikasi dari katak ini adalah sebagai berikut.
          Kingdom         : Animalia
          Phylum
           : Chordata
          Subphylum
     : Vertebrata
Class                : Amphibia
Ordo                  : Anura
Sub ordo
           : Diplasiocoela
Familia
              : Ranidae
Genus
               : Rana
Spesies
              : Rana cancrivora
Katak ini juga memiliki anatomi lainnya seperti mata, nostril untuk penciuman, membran tympani, sepasang kaki depan dengan 4 jari dan sepasang kaki belakang dengan 6 jari, terdapat pergelangan kaki, paha dengan otot yang banyak, dan gigi.
1.    Bufo melanostictus (Kodok)
Dari hasil pengukuran, kaki kodok dapat dikatakan lebih pendek jika spesimen lainnya berukuran sama dengan kodok ini, dengan panjang kaki depan 3,5 cm dan kaki belakang 9 cm dengan tanpa selaput renang di sela-sela jari kaki belakang juga terdapat bantalan kaki di setiap kakinya. Kaki yang pendek tanpa selaput renang ini hanya dapat untuk berjalan dan melompat dengan jarak yang pendek. Sehingga habitatnya kebanyakan di daerah daratan.
Mulutnya berbentuk menumpul dan terdapat gigi dirahang atasnya. Kulit dari kodok ini kasar karena berbintil-bintil. Bintil ini ada yang mengandung racun. Selain itu kulit kodok ini sedikit lembab bahkan cenderung kering yang berperan dalam proses respirasi dan proteksi.
Kodok ini juga memiliki bentuk tubuh yang melebar. Adapun klasifikasi dari kodok ini adalah sebagai berikut.
Kingdom                     : Animalia
Phylum                        : Chordata
Class                            : Amphibia
Ordo                            : Anura
Famili                          : Bufonidae
Genus                          : Bufo
Spesies                        : Bufo melanostictus
Katak ini juga memiliki anatomi lainnya seperti mata, nostril untuk penciuman, membran tympani, sepasang kaki depan dengan 4 jari dan sepasang kaki belakang dengan 6 jari, terdapat pergelangan kaki, paha dengan otot yang sedikit, dan gigi.
2.    Occidozyca lima (Bancet)
Dari hasil pengukuran, kaki bancet dapat dikatakan panjang, dengan panjang kaki depan 2,5 cm dan kaki belakang 6 cm dengan selaput renang di sela-sela jari kaki belakang juga terdapat bantalan kaki di setiap kakinya. Kaki yang panjang tersebut dapat membuat lompatan bancet jauh dan selaput renang yang dimilikinya ini membuatnya mudah untuk berenang cepat. Sehingga habitatnya kebanyakan di daerah perairan dan persawahan.
Mulutnya berbentuk melancip dan terdapat gigi dirahang atasnya. Kulit dari bancet ini licin dan berlendir karena terdapat mukus-mukus yang berperan dalam proses respirasi dan proteksi.
Bancet ini juga memiliki bentuk tubuh yang melebar. Adapun klasifikasi dari bancet ini adalah sebagai berikut.
Kerajaan       :
Filum            :
Upafilum      :
Kelas            :
Ordo             :
Famili           :
Genus           :
Spesies         :
O. lima
Bancet ini juga memiliki anatomi lainnya seperti mata, nostril untuk penciuman, membran tympani, sepasang kaki depan dengan 4 jari dan sepasang kaki belakang dengan 6 jari, terdapat pergelangan kaki, paha dengan otot yang banyak, dan gigi.
3.    Fejervarya cancrivora (Swike)
Dari hasil pengukuran, kaki swike dapat dikatakan panjang, dengan panjang kaki depan 4,5 cm dan kaki belakang 11,5 cm dengan selaput renang di sela-sela jari kaki belakang juga terdapat bantalan kaki di setiap kakinya. Kaki yang panjang tersebut dapat membuat lompatan bancet jauh dan selaput renang yang dimilikinya ini membuatnya mudah untuk berenang cepat. Sehingga habitatnya kebanyakan di daerah perairan dan persawahan.
Mulutnya berbentuk melancip dan terdapat gigi dirahang atasnya. Kulit dari swike ini licin dan berlendir karena terdapat mukus-mukus yang berperan dalam proses respirasi dan proteksi.
Swike ini juga memiliki bentuk tubuh yang melebar. Adapun klasifikasi dari swike ini adalah sebagai berikut.
Kingdom                     : Animalia
Phylum                        : Chordata
Class                            : Amphibia
Ordo                            : Anura
Famili                          : Ranidae
Genus                          : Fejervarya
Spesies                        : Fejervarya cancrivora
Swike ini juga memiliki anatomi lainnya seperti mata, nostril untuk penciuman, membran tympani, sepasang kaki depan dengan 4 jari dan sepasang kaki belakang dengan 6 jari, terdapat pergelangan kaki, paha dengan otot yang banyak, dan gigi.
Selain itu dari  keempat spesimen dapat dibedakan 2 macam spesies yaitu katak dan kodok. Dari keempatnya dapat dirinci perbedaan antara kodok dengan katak, yaitu sebagai berikut.
Katak memiliki ciri-ciri
  1. tubuh langsing,
  2. kulit basah (lembab), tipis, dan halus,
  3. kaki panjang, sehingga dapat membuat lompatan yang jauh,
  4. biasanya hidup di daerah basah atau berair,
Sedangkan kodok memiliki ciri-ciri
  1. tubuh lebar (besar),
  2. kulit kering, tebal, dan kasar,
  3. kaki relatif pendek yang menjadikan lompatannya hanya berjarak pendek,
  4. biasanya hidup di daerah yang lebih kering,
Jika dilihat dari apendiksnya, katak (bancet, katak sawah, swike) dapat melompat sejauh mungkin dan berselaput renang, sedangkan kodok memiliki kaki yang pendek, sehingga hanya dapat dipakai untuk berjalan dan melompat jarak pendek.

G.   Simpulan
Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa,
1.  morfologi luar katak terdiri dari mulut, mata, lubang hidung, membran tymphani, kaki depan, jari kaki, perut, selaput jari kaki, kaki belakang, pergelangan kaki, paha, kloaka, kulit dan gigi.
2.  Struktur kulit katak sawah, bancet dan swike adalah licin dan lembab, sedangkan kulit kodok kasar, berbintil dan sedikit lembab.
3.  Struktur kaki dari katak sawah, bancet dan swike memiliki paha dengan otot yang besar dan kakinya panjang yang berguna untuk lompatan yang jauh juga memiliki selaput renang untuk berenang sehingga habitatnya di perairan, sedangkan kodok sebaliknya dan hanya dapat dipakai berjalan dan melompat jarak pendek tanpa selaput renang sehingga habitanya kebanyakan di darat.
4.  Kodok dan katak memiliki perbedaan yaitu,
Katak
Kodok
1.      tubuh langsing,
2.      kulit basah (lembab), tipis, dan halus,
3.      kaki panjang, sehingga dapat membuat lompatan yang jauh,
4.      biasanya hidup di daerah basah atau berair,
1.      tubuh lebar (besar),
2.      kulit kering, tebal, dan kasar,
3.      kaki relatif pendek yang menjadikan lompatannya hanya berjarak pendek,
4.      biasanya hidup di daerah yang lebih kering,
H.  Daftar Pustaka

Anonim. (2010). Amphibi. Tersedia : http://biologiragil.blogspot.com/2010/09/amphibi.html . [08 Juni 2012].

Anonim. (tanpa tahun). Bancet Hijau. Tersedia : http://id.wikipedia.org/wiki/Occidozyga_lima . [10 Juni 2012].

Anonim. (tanpa tahun). Bangkong Kolong. Tersedia : http://id.wikipedia.org/wiki/Bangkong_kolong . [10 Juni 2012].

Beautyandthebeast. (2010). Perbedaan Katak dan Kodok. Tersedia : http://beautyandthebeast.blogdetik.com/2010/07/22/perbedaan-katak-dan-kodok/ . [11 Juni 2012].

Dida, Vyda. (2010). Kodok Buduk. Tersedia : http://fidanurlaeli.wordpress.com/2010/11/28/kodok-buduk/ . [11 Juni 2012].

Farikhin Yanuar, Mohammad. (2011). Katak Sawah (Fejervarya cancrivora). Tersedia : http://yanuarefa.blogspot.com/2011/10/katak-sawah-fejervarya-cancrivora.html. [10 Juni 2012].

Meitasari, Ika. (2012). Morfologi Katak Hijau. Tersedia : http://ikameitasari.blogspot.com/2012/05/morfologi-katak-hijau.html . [10 Juni 2012].



1 komentar:

  1. maaf sebelumnya, coba di perhatikan fejeverya cancrivora itu sinonim dari Rana cancrivora

    BalasHapus