AMPHIBI
LAPORAN PRAKTIKUM
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
setelah melakukan praktikum pada Mata Kuliah Zoologi Vertebrata
Oleh
Kelompok 4 Kelas 3B
Anggota :
|
Nike Ayu Wandira
|
(092154049)
|
|
Aufa Kholqillah
|
(092154052)
|
|
Wina Purnamasari D.
|
(092154060)
|
|
Rendi Siswanto
|
(092154065)
|
|
Nina Ratnaningsih
|
(092154067)
|
|
Antony Edgar
|
(092154072)
|
|
Widaningsih Sonjaya
|
(092154075)
|
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2012
A.
Judul
Amfibi
B.
Tujuan :
1.
Mengamati
morfologi beberapa spesies Amfibi;
2.
Mengamati
struktur kulit dari masing-masing spesimen;
3.
Mengamati
struktur kaki pada masing-masing spesimen;
4.
Membandingkan
struktur tubuh pada katak dan kodok
C.
Landasan
Teoretis
Amfibia
atau amfibi (Amphibia), umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang
(vertebrata) yang hidup di dua habitat yakni di air dan di daratan. Amfibia
bertelur di air, atau menyimpan telurnya di tempat yang lembap dan basah.
Ketika menetas, larvanya yang dinamai berudu hidup di air atau tempat basah
tersebut dan bernapas dengan insang. Setelah beberapa lama, berudu kemudian
berubah bentuk (bermetamorfosa) menjadi hewan dewasa, yang umumnya hidup di
daratan atau di tempat-tempat yang lebih kering dan bernapas dengan paru-paru.
Amfibia
mempunyai ciri-ciri:
1. tubuh
diselubungi kulit yang berlendir
2. merupakan
hewan berdarah dingin (poikiloterm)
3. mempunyai
jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik
4. mempunyai
dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat
di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang
5. matanya
mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans yang sangat
berfungsi waktu menyelam
6. pernapasan
pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernapasannya
berupa paru-paru dan kulit dan hidungnya mempunyai katup yang mencegah air
masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam
7. berkembang
biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan di luar tubuh
induknya (pembuahan eksternal).
Contoh
amfibia yang terdapat di Indonesia adalah bangsa sesilia (Caecilia), serta
bangsa kodok dan katak (Anura). Sesilia adalah semacam amfibia tidak berkaki
yang badannya serupa cacing besar atau belut. Satu lagi bangsa amfibia, yang
tidak terdapat secara alami di Indonesia, adalah salamander. Amfibia dari
daerah bermusim empat ini bertubuh serupa kadal, namun berkulit licin tanpa
sisik.
Anggota
amphibia terdiri dari 4 ordo yaitu Urodela (Salamander), Apoda (Caecilia), dan
Anura ( katak dan kodok), Proanura (telah punah). Adapun klasifikasinya adalah
sebagai berikut:
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Sub
Phylum : Vertebrata
Super
Class : Tetrapoda
Class
: Amphibia
Ordo
: a. Caecilia Gymnophiona
-
Familia Ichthyopidae , Familia Caecilidae, Familia Rhinatrematidae, Familia
Scoleocomorphidae, Familia Uracotyphlidae, Familia Typhlonectida.
b. Urodela
Subordo : Cryptobranchoidea
- Familia
Cryptobranchidae, Familia Hynobiidae
Subordo :
Salamandroidea
- Familia
Salamandridae, Familia Proteidae, Familia Ambystomatidae, Familia Amphiumidae,
Familia Dicamtodontidae, Familia Plethodontidae
Subordo :
Meantes
- Familia
Sirenidae
c. Anura
Subordo : Archaeobatrachia
- Familia
Discoglossidae , Familia Ascaphidae, Familia Leiopelmatidae
Subordo : Mesobatrachia
- Familia
Pipidae, Familia Rhinophrynidae, Familia Pelobatidae, Familia Pelodytidae
Subordo : Neobatrachia
- Familia
Bufonidae, Familia Microhylidae, Familia Ranidae, Familia Pelobatidae
(Megophrydae) , Familia Rhacophoridae, Familia Dendrobatidae, Familia Hylidae,
Familia Pelodryadidae, Familia Myobatrachidae, Familia Sooglossidae, Familia
Psedidae
d. Proanura (
telah punah )
Adapun
penjelasan dari tiap Ordo adalah sebagai berikut.
1. Ordo Caecilia (
Gymnophiona)
Ordo
ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki sehingga
disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak bertungkai,
dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi,
tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai
fotoreseptor. Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ
sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva
hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami
reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik.
Fertilisasi pada Caecilia terjadi secara internal. ( Webb et.al, 1981)
Ordo
Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae,
Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae. Famili Caecilidae mempunyai
3 subfamili yaitu Dermophinae, Caecilinae dan Typhlonectinae.
Famili
yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini mempunyai
ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang.
Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang
insang yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama
di air sebelum metamorphosis. Anggota famili ini yang ditemukan di indonesia
adalah Ichtyophis sp., yaitu di propinsi DIY.
2. Ordo Urodela
Urodela
disebut juga caudata. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai
anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan
antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang
lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil
dan pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan
fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas
dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah,
Jepang dan Eropa.
Urodella
mempunyai 3 sub ordo yaitu Sirenidea, Cryptobranchoidea dan Salamandroidea. Sub
ordo Sirenidae hanya memiliki 1 famili yaitu Sirenidae, sedangkan sub ordo
Cryptobranchoidea memiliki 2 famili yaitu Cryptobranchidae dan Hynobiidae. Sub
ordo Salamandroidea memiliki 7 famili yaitu Amphiumidae, Plethodontidae,
Rhyacotritoniade, Proteidae, Ambystomatidae, Dicamptodontidae dan
Salamandridae. ( Pough et. al., 1998)
3. Ordo Proanura
Anggota-anggota
ordo ini tidak dapat diketemukan atau dapat dikatakan telah punah.
Anggota-anggota ordo ini hidupnya di habitat akuatik sebagai larva dan hanya
sedikit saja yang menunjukkan perkembangan ke arah dewasa. Ciri-ciri umumnya
adalah mata kecil, tungkai depan kecil, tanpa tungkai belakang, kedua rahang
dilapisi bahan tanduk, mempunyai 3 pasang insang luar dan paru-paru mengalami
sedikit perkembangan. Amphibi ini tidak menunjukkan adanya dua bentuk dalam
daur hidupnya.
4. Ordo Anura
Nama
anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya, anggota ordo ini
mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak
mempunyai leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar
daripada tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat.
Pada beberapa famili terdapat selaput diantara jari-jarinya. Membrana tympanum
terletak di permukaan kulit dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di
belakang mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan
berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya dilakukan di
perairan yang tenang dan dangkal.
Ordo
Anura dibagi menjadi 27 famili, yaitu: Ascaphidae, Leiopelmatidae,
Bombinatoridae, Discoglossidae, Pipidae, Rhinophrynidae, Megophryidae,
Pelodytidae, Pelobatidae, Allophrynidae, Bufonidae, Branchycephalidae, Centrolenidae,
Heleophrynidae, Hylidae, Leptodactylidae, Myobatrachidae, Pseudidae, Rhinodermatidae,
Sooglossidae, Arthroleptidae, Dendrobatidae, Hemisotidae, Hyperoliidae, Microhylidae,
Ranidae, Rachoporidae.
Ada
5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae, Ranidae,
Microhylidae dan Rachoporidae. Adapun penjelasan mengenai kelima famili
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Bufonidae
Famili
ini sering disebut kodok sejati. Ciri-siri umumnya yaitu kulit kasar dan
berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan terdapat
pematang di kepala. Mempunyai tipe gelang bahu arciferal. Sacral diapophisis
melebar. Bufo mempunyai mulut yang lebar akan tetapi tidak memiliki gigi.
Tungkai belakang lebih panjang dari pada tungkai depan dan jari-jari tidak
mempunyai selaput. Fertilisasi berlangsung secara eksternal. Famili ini terdiri
dari 18 genera dan kurang lebih 300 spesies. Beberapa contoh famili Bufo yang
ada di Indonesia antara lain: Bufo asper, Bufo biporcatus, Bufo melanosticus
dan Leptophryne borbonica.
b. Megophryidae
Ciri
khas yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk di atas
matanya, yang merupakan modifikasi dari kelopak matanya. Pada umumnya famili
ini berukuran tubuh kecil. Tungkai relatif pendek sehingga pergerakannya lambat
dan kurang lincah. Gelang bahu bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran
tinggi. Pada fase berudu terdapat alat mulut seperti mangkuk untuk mencari
makan di permukaan air. Adapun contoh spesies anggota famili ini adalah
Megophrys montana dan Leptobranchium hasselti.
c. Ranidae
Famili
ini sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya relatif ramping. Tungkai
relatif panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk membantu
berenang. Kulitnya halus, licin dan ada beberapa yang berbintil. Gelang bahu
bertipe firmisternal. Pada kepala tidak ada pematang seperti pada Bufo.
Mulutnya lebar dan terdapat gigi seperti parut di bagian maxillanya. Sacral
diapophysis gilig. Fertilisasi secara eksternal dan bersifat ovipar. Famili ini
terdiri dari 36 genus. Adapun contoh spesiesnya adalah: Rana chalconota, Rana
hosii, Rana erythraea, Rana nicobariensis, Fejervarya cancrivora, Fejervarya
limnocharis, Limnonectes kuhli, Occidozyga sumatrana.
d. Microhylidae
Famili
ini anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif panjang
dibandingkan dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan mandibulanya, tapi
beberapa genus tidak mempunyai gigi. Karena anggota famili ini diurnal, maka
pupilnya memanjang secara horizontal. Gelang bahunya firmisternal. Contoh spesiesnya
adalah: Microhyla achatina.
e. Rachoporidae
Famili
ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai kulit yang kasar,
tapi kebanyakan halus juga berbintil. Tipe gelang bahu firmisternal. Pada
maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat pula gigi palatum. Sacral
diapophysis gilig. Berkembang biak dengan ovipar dan fertilisasi secara
eksternal.
Amphibi
muncul pada pertengahan periode Jura, pra era Paleozoik sebagai vertebrata yang
tertua. Kebanyakan Amfibi adalah hewan tropis, karena sifatnya yang poikiloterm
atau berdarah dingin. Amphibi memerlukan sinar matahari untuk mendapatkan panas
ke tubuhnya, karena tidak bisa memproduksi panas sendiri. Oleh karena itu
banyak amphibi yang ditemukan di wilatah tropis dan sub tropis, termasuk di seluruh
indonesia.
Amphibi
umumnya merupakan makhluk semi akuatik, yang hidup di darat pada daerah yang
terdapat air tawar yang tenang dan dangkal. Tetapi ada juga amphibi yang hidup
di pohon sejak lahir sampai mati, dan ada juga yang hidup di air sepanjang hidupnya.
Amphibi banyak ditemukan di areal sawah, daerah sekitar sungai, rawa, kolam,
bahkan di lingkungan perumahan pun bisa ditemukan.
Reproduksi
pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada anura pada umumnya dan
internal pada Ordo Apoda. Proses perkawinan secara eksternal dilakukan di dalam
perairan yang tenang dan dangkal. Di musim kawin, pada anura ditemukan fenomena
unik yang disebut dengan amplexus, yaitu katak jantan yang berukuran lebih
kecil menempel di punggung betina dan mendekap erat tubuh betina yang lebih
besar. Perilaku tersebut bermaksud untuk menekan tubuh betina agar mengeluarkan
sel telurnya sehingga bisa dibuahi jantannya. Amplexus bisa terjadi antara satu
betina dengan 2 sampai 4 pejantan di bagian dorsalnya dan sering terjadi
persaingan antar pejantan pada musim kawin. Siapa yang paling lama bertahan
dengan amplexusnya, dia yang mendapatkan betinanya. Amphibi berkembang biak
secara ovipar, yaitu dengan bertelur, namun ada juga beberapa famili amphibi
yang vivipar, yaitu beberapa anggota ordo apoda.
D.
Alat
dan Bahan
1.
Alat
a.
Baki
b.
Alat
bius
c.
Kamera
digital
2.
Bahan
a.
Rana
cancivora (katak sawah)
b.
Bufo
melanostictus (kodok)
c.
Occidozyca
lima (bancet)
d.
Fejervarya
cancrivora (swike)
E.
Cara
Kerja
Cara
Kerja 1 :
1.
Mengamati
morfologi masing-masing specimen dengan ketentuan sebagai berikut :
a.
Mulut
b.
Mata
c.
Lubng
hidung/nostril
d.
Membrane
tymphani
e.
Kaki
depan
f.
Jari
kaki
g.
Perut
h.
Selaput
jari kaki
i.
Kaki
belakang
j.
Pergelangan
kaki
k.
Paha
l.
Kloaka
m.
Kulit
n.
Gigi
2.
Menggambar
bagian-bagian tubuhnya dan member keterangan pada masing-masing organ sesuai
dengan keterangan diatas.
Cara kerja 2
1.
Mengamati
struktur kulit pada masing-masing specimen dari aspek halus/kasar dan
lembab/kering.
2.
Menggunakan
kamera digital untuk mengambil gambar mengenai kulit masing-masing specimen.
Cara kerja 3
1.
Mengamati
struktur kaki pada masing-masing specimen, dengan melihat selaput renang,
panjang kaki, dan bantalan telapak kakinya.
2.
Menggunakan
kamera digital untuk mengambil gambar mengenai kulit masing-masing specimen.
3.
Membandingkan
dengan specimen lainnya (perbandingan apendiksnya)
Cara kerja 4
Membuat
table perbandingan antara kodok dan katak dari berbagai aspek.
F. Pembahasan
Dari hasil
pengamatan dapat dibahas dari masing-masing spesies spesimen sebagai berikut.
1.
Rana cancrivora (Katak Sawah)
Dari hasil pengukuran, kaki
katak sawah dapat dikatakan panjang, dengan panjang kaki depan 1,7 cm dan kaki
belakang 5 cm dengan selaput renang di sela-sela jari kaki belakang juga
terdapat bantalan kaki di setiap kakinya. Kaki yang panjang tersebut dapat
membuat lompatan katak sawah jauh dan selaput renang yang dimilikinya ini
membuatnya mudah untuk berenang cepat. Sehingga habitatnya kebanyakan di daerah
perairan sawah.
Mulutnya berbentuk melancip dan
terdapat gigi dirahang atasnya. Kulit dari katak ini licin dan berlendir karena
terdapat mukus-mukus yang berperan dalam proses respirasi dan proteksi.
Katak sawah ini juga memiliki
bentuk tubuh yang meramping. Adapun klasifikasi dari katak ini adalah sebagai
berikut.
Kingdom :
AnimaliaPhylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo
: Anura
Sub ordo : Diplasiocoela
Familia : Ranidae
Genus : Rana
Spesies : Rana cancrivora
Sub ordo : Diplasiocoela
Familia : Ranidae
Genus : Rana
Spesies : Rana cancrivora
Katak ini juga
memiliki anatomi lainnya seperti mata, nostril untuk penciuman, membran
tympani, sepasang kaki depan dengan 4 jari dan sepasang kaki belakang dengan 6
jari, terdapat pergelangan kaki, paha dengan otot yang banyak, dan gigi.
1.
Bufo melanostictus (Kodok)
Dari hasil pengukuran, kaki kodok dapat dikatakan lebih pendek jika
spesimen lainnya berukuran sama dengan kodok ini, dengan panjang kaki depan 3,5
cm dan kaki belakang 9 cm dengan tanpa selaput renang di sela-sela jari kaki
belakang juga terdapat bantalan kaki di setiap kakinya. Kaki yang pendek tanpa
selaput renang ini hanya dapat untuk berjalan dan melompat dengan jarak yang
pendek. Sehingga habitatnya kebanyakan di daerah daratan.
Mulutnya berbentuk menumpul dan terdapat gigi dirahang atasnya. Kulit
dari kodok ini kasar karena berbintil-bintil. Bintil ini ada yang mengandung
racun. Selain itu kulit kodok ini sedikit lembab bahkan cenderung kering yang berperan
dalam proses respirasi dan proteksi.
Kodok ini juga memiliki bentuk tubuh yang melebar. Adapun klasifikasi
dari kodok ini adalah sebagai berikut.
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Chordata
Class :
Amphibia
Ordo :
Anura
Famili :
Bufonidae
Genus : Bufo
Spesies : Bufo
melanostictus
Katak
ini juga memiliki anatomi lainnya seperti mata, nostril untuk penciuman,
membran tympani, sepasang kaki depan dengan 4 jari dan sepasang kaki belakang
dengan 6 jari, terdapat pergelangan kaki, paha dengan otot yang sedikit, dan
gigi.
2.
Occidozyca lima (Bancet)
Dari hasil pengukuran, kaki bancet dapat dikatakan panjang, dengan
panjang kaki depan 2,5 cm dan kaki belakang 6 cm dengan selaput renang di
sela-sela jari kaki belakang juga terdapat bantalan kaki di setiap kakinya. Kaki
yang panjang tersebut dapat membuat lompatan bancet jauh dan selaput renang
yang dimilikinya ini membuatnya mudah untuk berenang cepat. Sehingga habitatnya
kebanyakan di daerah perairan dan persawahan.
Mulutnya berbentuk melancip dan terdapat gigi dirahang atasnya. Kulit
dari bancet ini licin dan berlendir karena terdapat mukus-mukus yang berperan
dalam proses respirasi dan proteksi.
Bancet ini juga memiliki bentuk tubuh yang melebar. Adapun klasifikasi
dari bancet ini adalah sebagai berikut.
Kerajaan :
|
|
Filum :
|
|
Upafilum :
|
|
Kelas :
|
|
Ordo :
|
|
Famili :
|
|
Genus :
|
|
Spesies :
|
O. lima
|
Bancet
ini juga memiliki anatomi lainnya seperti mata, nostril untuk penciuman,
membran tympani, sepasang kaki depan dengan 4 jari dan sepasang kaki belakang
dengan 6 jari, terdapat pergelangan kaki, paha dengan otot yang banyak, dan
gigi.
3.
Fejervarya
cancrivora (Swike)
Dari hasil pengukuran, kaki swike dapat dikatakan panjang, dengan panjang
kaki depan 4,5 cm dan kaki belakang 11,5 cm dengan selaput renang di sela-sela
jari kaki belakang juga terdapat bantalan kaki di setiap kakinya. Kaki yang
panjang tersebut dapat membuat lompatan bancet jauh dan selaput renang yang
dimilikinya ini membuatnya mudah untuk berenang cepat. Sehingga habitatnya
kebanyakan di daerah perairan dan persawahan.
Mulutnya berbentuk melancip dan terdapat gigi dirahang atasnya. Kulit
dari swike ini licin dan berlendir karena terdapat mukus-mukus yang berperan
dalam proses respirasi dan proteksi.
Swike ini juga memiliki bentuk tubuh yang melebar. Adapun klasifikasi
dari swike ini adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Genus : Fejervarya
Spesies : Fejervarya cancrivora
Swike
ini juga memiliki anatomi lainnya seperti mata, nostril untuk penciuman,
membran tympani, sepasang kaki depan dengan 4 jari dan sepasang kaki belakang
dengan 6 jari, terdapat pergelangan kaki, paha dengan otot yang banyak, dan
gigi.
Selain itu dari keempat spesimen
dapat dibedakan 2 macam spesies yaitu katak dan kodok. Dari keempatnya dapat
dirinci perbedaan antara kodok dengan katak, yaitu sebagai berikut.
Katak memiliki ciri-ciri
- tubuh langsing,
- kulit basah (lembab), tipis, dan halus,
- kaki panjang, sehingga dapat membuat
lompatan yang jauh,
- biasanya hidup di daerah basah atau berair,
Sedangkan kodok memiliki ciri-ciri
- tubuh
lebar (besar),
- kulit
kering, tebal, dan kasar,
- kaki
relatif pendek yang menjadikan lompatannya hanya berjarak pendek,
- biasanya
hidup di daerah yang lebih kering,
Jika dilihat dari apendiksnya, katak (bancet, katak sawah, swike) dapat
melompat sejauh mungkin dan berselaput renang, sedangkan kodok memiliki kaki
yang pendek, sehingga hanya dapat dipakai untuk berjalan dan melompat jarak
pendek.
G.
Simpulan
Dari pembahasan
dapat disimpulkan bahwa,
1. morfologi luar katak
terdiri dari mulut, mata, lubang hidung, membran tymphani, kaki depan, jari
kaki, perut, selaput jari kaki, kaki belakang, pergelangan kaki, paha, kloaka,
kulit dan gigi.
2. Struktur kulit katak
sawah, bancet dan swike adalah licin dan lembab, sedangkan kulit kodok kasar,
berbintil dan sedikit lembab.
3. Struktur kaki dari
katak sawah, bancet dan swike memiliki paha dengan otot yang besar dan kakinya
panjang yang berguna untuk lompatan yang jauh juga memiliki selaput renang
untuk berenang sehingga habitatnya di perairan, sedangkan kodok sebaliknya dan
hanya dapat dipakai berjalan dan melompat jarak pendek tanpa selaput renang
sehingga habitanya kebanyakan di darat.
4.
Kodok dan katak
memiliki perbedaan yaitu,
Katak
|
Kodok
|
1.
tubuh
langsing,
2.
kulit
basah (lembab), tipis, dan halus,
3.
kaki
panjang, sehingga dapat membuat lompatan yang jauh,
4.
biasanya
hidup di daerah basah atau berair,
|
1. tubuh lebar (besar),
2. kulit kering, tebal, dan kasar,
3. kaki relatif pendek yang menjadikan
lompatannya hanya berjarak pendek,
4. biasanya hidup di daerah yang lebih kering,
|
H.
Daftar
Pustaka
maaf sebelumnya, coba di perhatikan fejeverya cancrivora itu sinonim dari Rana cancrivora
BalasHapus